Popular Posts
-
Definisi Internal Branding Internal Branding Communication memastikan penyebaran dan kehadiran esensi merek antara karyawan dan stakehol...
-
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, antara lain : A....
-
RESUME BAB I PENGANTAR KOMUNIKASI INTERNAL Dalam mencapai tujuannya, organisasi-organisasi menerapkan berbagai sistem ...
-
PT. Pertamina EP merupakan anak perusahaan PT. Pertamina, yang menyelenggarakan kegiatan usaha bidang minyak dan gas bumi di sekto...
-
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Ketenagalistr...
-
PII Quary merupakan perusahaan swasta asing yang bergerak dalam bidang pertambangan. PII Quary yang terletak di Sorong, Papua, telah ber...
-
PT Fortune Indonesia Tbk Industri komunikasi secara umum di Indonesia, khususnya industri periklanan, telah banyak mengal...
-
Kegiatan Internal Public Relations merupakan kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik internal adalah...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About Us
Kumpulan Mahasiswa Komunikasi Universitas Brawijaya yang berusaha menyuguhkan seluk-beluk komunikasi internal perusahaan. Kami unik, kami beda, kami satu.
Sunday, April 13, 2014
Definisi Internal
Branding
Internal Branding Communication
memastikan penyebaran dan kehadiran esensi merek antara karyawan dan
stakeholder internal lainnya, yang bertujuan untuk membawa mereka bersama-sama
dan di bawah bendera yang sama. Ini terdiri dari desain dan dekorasi kantor
newsletter, alat interaktif dan acara organisasi.
Keterlibatan Brand adalah bentuk
yang paling melibatkan komunikasi merek internal. Menggunakan brand sebagai
alat manajemen, memberdayakan masyarakat untuk hidup dan memberikan brand.
Keuntungan internal adalah pengembalian yang lebih tinggi dalam organisasi
manusia & intelektual dan peningkatan motivasi staf. Efek eksternal sering
menentukan, terutama untuk merek jasa, karena karyawan memberikan janji merek
dan memberikan kepribadian kepada merek-dengan kata lain mereka adalah merek.
Menciptakan Internal
Branding
Dalam membangun brand, sebuah
perusahaan akan berusaha keras mengembangkan ‘pesan pemasaran. Memeriksa dan
bereksperimen dengan logo atau tagline. Usaha-usaha perusahaan umumnya mengarah
paling besar pada penelitian konsumen dan pemasaran. Seringkali perusahaan
hampir melupakan bagian dalam fase perencanaan dari perusahaan baru atau
restrukturisasi dari perusahaan lama. Bagian tersebut adalah melatih staff
untuk memahami dan mencerminkan pesan dan brand perusahaan. Wawasan harus
dibagikan kepada pegawai agar mereka dapat menyampaikan janji perusahaan.
The Coca-Cola Company
Coca-Cola
merupakan minuman berkarbonasi yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang
berasal dari Atlanta, Georgia, yaitu The Coca-Cola Company, disebut juga Coke
(sebuah merk dagang The Coca-Cola Company di Amerika Serikat sejak 27 Maret
1994). Minuman ringan Coca-Cola ini diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton,
seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat,
pada bulan Mei 1886. Dia banyak mengembangkan obat-obatan paten yang diyakini
khasiatnya oleh masyarakat.
Tahun 1892, Candler memutuskan
untuk membentuk The Coca Cola Company bersama relasinya di Georgia, Atlanta.
Setahun kemudian, pada tahun 1893 Candler mematenkan Coca-Cola sebagai merek
dagang. Coca-Cola sesungguhnya bukan minuman ringan pertama di Amerika, tetapi
ketika sudah mendapat paten Coca-Cola menjadi minuman utama yang dijual di Soda
Fountain, toko minuman ringan, es krim, dan sebagainya. Dr. John S. Pemberton
meninggal tahun 1888, pada usia 58 tahun, tidak lama setelah menjual ramuannya.
The Coca-Cola Company merupakan
induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola di
seluruh Negara di dunia dengan menyediakan bahan baku konsetratnya. Mulai tahun
1893, The Coca-Cola Company membangun pabriknya di luar Atlanta. Presiden The Coca-Cola
Company (1919-1955), Robert W. Wouldruff, merupakan orang yang pertama kali
mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya
oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di
dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan
The Coca-Cola Corporation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan
minuman ke seluruh pelosok negeri di dunia dengan ciri, mutu, rasa dan
kesegaran yang senada.
Internal Branding The Coca-Cola Company
Brand
Image. Brand image Coca-Cola Company
sudah dikenal masyarakat luas dan menyebabkan kesetiaan pelanggan terhadap
produk, atau yang dikenal dengan Brand
Loyalty. Brand Loyalty adalah tingkatan dimana pelanggan memiliki sikap
positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen dan cenderung untuk terus
melanjutkan membeli produk dengan suatu merek tertentu dimasa yang akan datang.
Dengan demikian, loyalitas merek secara langsung dipengaruhi oleh kepuasan /
ketidakpuasan pelanggan terhadap merek tertentu, Mowen (1995).
Coca-Cola
didukung oleh sumber daya manusia yang dapat menghidupkan mereknya. Coca-Cola
telah membangun infrastruktur karyawannya mulai dari rekrutmen, pelatihan,
sampai kebijakan SDM secara spesifik untuk mendukung dan mempromosikan atribut
dan pesan yang terkandung dalam merek Coca-Cola. Memang, Coca-Cola tergolong
sudah mapan dalam usianya yang sudah beberapa dekade sehingga tinggal
menyesuaikan dengan karyawan-karyawan baru/fresh
reqruitment.
Coca-Cola menjadikan karyawan
sebagai tulang punggung dalam menghidupkan brand. Prinsip ini dipakai mulai
dari tahap paling awal, perekrutan karyawan baru. Yang dilanjutkan dengan
membangkitkan antusiasme dan gairah karyawan sehingga merek menjadi komitmen
mereka. Cara membangkitkan yang paling efektif adalah melibatkan mereka dalam
prosesnya. Contoh nyata adalah bagaimana website situs rekrutmen Coca-Cola
Eropa menerbitkan artikel-artikel tentang perekrutan karyawannya. Caranya adalah
dengan memilih beberapa karyawan yang kompeten, kemudian mereka diminta untuk
menuliskan tentang peran mereka dalam perusahaan, dan pengalaman mereka mulai
dari melamar pekerjaan sampai saat ini.
Hal tersebut membantu
memperkenalkan pada masyarakat bagaimana kondisi internal The Coca-Cola
Company, yakni menghargai karyawan dan membutuhkan karyawan sebagai tulang
punggung perusahaan. Selain itu, artikel di website rekrutmen tersebut membantu
pelamar kerja potensial untuk mengetahui seperti apa bekerja di Coca-Cola dan melihat
apakah mereka cocok dengan lingkungan kerja perusahaan.
Hal ini
membuktikkan bahwa Internal Branding adalah cara berkomunikasi untuk
menyampaikan pesan pada konsumen untuk lebih jauh memperkenalkan perusahaan dan
produk yang dihasilkan, untuk menimbulkan sense
of belonging pada konsumen. Selain itu manfaat internal branding adalah
meraih loyalitas karyawan dan semangat kerja yang kuat. Dan yang paling penting adalah bagaimana Internal
Branding sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Brand perusahaan.
Saturday, April 12, 2014
RESUME BAB I
PENGANTAR KOMUNIKASI INTERNAL
Dalam
mencapai tujuannya, organisasi-organisasi menerapkan berbagai sistem untuk
mengefisiensikan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Komunikasi yang
berhasil merupakan salah satu senjata andalan sebuah organisasi dalam berperang
untuk mencapai tujuannya. Semakin baik komunikasi sebuah organisasi, semakin
mudahlah tujuan organisasi itu tercapai.
Publik sebuah organisasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu publik
eksternal dan publik internal. Publik eksternal merupakan orang-orang atau
masyarakat yang secara aktif mencari informasi tentang sebuah organisasi.
Sedangkan publik internal merupakan orang-orang yang berhubungan langsung
dengan sistem sebuah organisasi dan ikut menyukseskan tujuan organisasi. Contoh
publik eksternal adalah masyarakat yang secara aktif mengikuti informasi suatu
perusahaan. Contoh publik internal adalah karyawan.
Organisasi terdiri dari banyak bagian-bagian yang bekerja secara
bersinergis. Komunikasi antarbagian internal sangat diperlukan sebagai alur
penyebaran informasi (bisa berupa perintah, kebijakan, ajakan, motivasi, dan
lain-lain). Untuk bekerja bersinergis dibutuhkan komunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik dapat menciptakan hubungan yang baik antara atasan dengan
bawahan maupun bawahan dengan bawahan.
Ada dua model komunikasi yang lazin dipakai dalam sebuah
organisasi, yaitu (1) komunikasi koordinatif, dan (2) komunikasi interaktif.
Komunikasi koordinatif merupakan proses komunikasi yang berfungsi untuk
menyatukan bagian-bagian dalam organisasi, biasanya komunikasi berupa perintah
dan suruhan. Contohnya, komunikasi antara divisi marketing dengan divisi
hubungan masyarakat. Komunikasi interaktif merupakan proses pertukaran
informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap
yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara subbagian dalam perkantoran
maupun perkantoran dengan mitra kerja. Contohnya, rapat terbuka divisi
marketing dan hubungan masyarakat untuk membicarakan evaluasi program kerja
sebulan.
Organisasi merupakan sekelompok masyarkat yang saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Di sini, komunikasi merupakan tali yang
digunakan untuk mempererat hubungan tersebut. Pola komunikasi dibedakan menjadi
dua, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. komunikasi formal
dibedakan menjadi empat, yaitu (1) Komunikasi atas ke bawah atau top-down
communication,contohnya adalah perintah, instruksi, atau prosedur yang
diberikan pimpinan kepada kepala bagian (2) Komunikasi bawah ke atas atau
bottom-up, contohnya adalah laporan program kerja oleh bawahan kepada kepala
divisi (3) Komunikasi horizontal, contohnya adalah komunikasi antara kepala
divisi administrasi dengan kepala divisi marketing (4) Komunikasi diagonal,
contohnya adalah kepala divisi hubungan masyarakat berkomunikasi dengan anggota
divisi keuangan seputar anggaran program.
Berikut ini merupakan
kegiatan dalam organisasi yang membutuhkan komunikasi untuk pertukaran
informasi:
1.
Menetapkan tujuan. Agar kerja tiap-tiap divisi
selaras, dibutuhkan tujuan yang sama yang ingin dicapai perusahaan. Komunikasi
sebagai pertukaran informasi dibutuhkan untuk membantu penetapan tujuan dan
pendistribusian informasi (tujuan perusahan) kepada karyawan.
2.
Membuat dan melaksanakan keputusan. Tiap
divisi bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dengan visi sebagai tujuan
akhirnya. Dalam bekerja bersinergis, dibutuhkan kesamaan langkah dan tujuan.
Untuk itu dibutuhkan juga koordinasi antardivisi yang dikepalai oleh top
management yang berfungsi untuk membuat keputusan dan, dengan dibantu oleh segenap
karyawan, melaksanakan keputusan tersebut.
3.
Mengukur prestasi kerja.
4.
Merekrut dan mengembangkan staff
5.
Pelayanan pelanggan
6.
Negosiasi dengan pemasok
7.
Memproduksi produk
8.
Berinteraksi dengan peraturan yang ada
RESUME BAB II
PUBLIK INTERNAL DALAM KOMUNIKASI
ORGANISASI
Apa itu publik internal? Publik internal adalah orang-orang yang
terlibat dalam organisasi dan secara fungsional memiliki tugas dan pekerjaan
serta hak dan kewajiban tertentu yang berdampak bagi perusahaan.
Contoh: Manajer, supervisor, karyawan, pemegang saham, dewan
direksi.
Kegiatan publik internal dalam organisasi sangat penting untuk
dilakukan hal ini dikarenakan hubungan yang baik bisa membangun iklim kerja yan
baik bagi karyawan sehingga pekerjaan operasional perusahaan bisa berjalan
dengan lancar ( biasanya dilakukan oleh PR).
A. Bentuk Hubungan Internal dalam Perusahaan
Hubungan dengan sesama anggota
perusahaan sangat penting tidak menutup siapa orang tersebut.
1.
Hubungan dengan karyawan menjadi sangat
penting karena mereka adalah ujung tombak perusahaan, dengan jumlahnya besar
dan secara struktural posisinya rendah maka perlu support untuk membela
kepentingan mereka.
2.
Hubungan dengan Pemegang Saham. Penyandang
dana bagi perusahaan haruslah dikenal dengan baik serta elemen dibawahnya wajib
untuk menjalin hubungan yang professional. Karyawan wajib memberikan kesan dan
sikap yang baik. Pemberian laporan rutin mengenai perkembangan perusahaan harus
dilakukan dengan kredibel. Untuk memperkuat silaturahmi bisa juga denga
melakukan halal bihalal diluar perusahaan.
3.
Hubungan dengan para manajer sebagai orang
yang mengontrol jalannya perusahaan. Kegiatan coffee morning diantara para
manajer dapat dilakukan, pemberian alat transportasi atau hunian untuk
kepentingan pekerjaan.
4.
Hubungan para buruh yang biasanya kurang baik,
harus mampu diubah oleh PR agar antar sesama dapat tetap harmonis. Pemberian
kenaikan upah yang sewajarnya juga membuat buruh bisa bekerja dengan tenang
sehingga tidak melakukan demo besar.
B. Hubungan Internal dengan Investor
Hubungan ini sangatlah penting, Investor sebagain pendukung
perusahaan wajib untuk diberikan kesan dan sikap yang baik. dengan hubungan
yang baik dengan investor, kerjasama bisa terjalin dnegan baik dan investor
tidak akan ragu untuk menanamkan modalnya diperusahaan agar perusahaan menjadi
lebih besar lagi.
RESUME BAB III
KEGIATAN HUMAS INTERNAL UNTUK PUBLIK
INTERNAL
Kegiatan humas
internal diadakan dalam rangka menciptakan opini publik internal yaitu melalui
komunikasi internal yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi karyawan, dan
meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap perusahaan. Kegiatan internal
dilakukan untuk memberikan informasi pada karyawan secara keseluruhan dan
bersama. Contoh kegiatan internal adaalah
family gathering, rapat, dll.
family gathering, rapat, dll.
Publik internal
lembaga pendidikan:
- Publik pimpinan
- Publik fakultas
- Publik staff
- Publik yayasan
- Publik dewan komisaris
- Publik dosen
- Publik mahasiswa
- Dst.
Dalam public
relations, kegiatan Internal Public Relations merupakan
kegiatan yang ditujukan untuk publik internal organisasi/perusahaan. Publik
internal adalah keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam
keberhasilan perusahaan, seperti karyawan, manajer, supervisor, pemegang
saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya. Melalui kegiatan Internal
Public Relations diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik
internal dari organisasi/perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara
pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang
baik. Dengan begitu kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan
lancar.
Kegiatan hubungan internal yang dilakukan oleh seorang Public Relations
Officers, yaitu
a.
Hubungan dengan karyawan (employee relations)
Seorang PR harus mampu
berkomunikasi dengan segala lapisan karyawan baik secara formal maupun informal
untuk mengetahui kritik dan saran mereka sehingga bisa dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam organisasi/perusahaan. Seorang
PR harus mampu menjembatani komunikasi antara pimpinan dan karyawan. Karena
dengan diadakan program employee relations diharapkan akan menimbulkan
hasil yang positif yaitu karyawan merasa dihargai dan diperhatikan oleh
pimpinan perusahaan. Sehingga dapat menciptakan rasa memilki (sense of
belonging), motivasi, kreativitas dan ingin mencapai prestasi kerja
semaksimal mungkin.
b.
Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)
Seorang PR juga harus
mampu membina hubungan yang baik dengan pemegang saham, serta mampu
mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam organisasi/perusahaan. Karena sebagai
penyandang dana, mereka harus selalu tahu perkembangan perusahaan secara
transparan agar dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan.
Dengan demikian akan menghilangkan kesalahpahaman dan kecurigaan terhadap
perusahaan.
RESUME BAB IV
KOMUNIKASI MULTIKULTURAL DALAM
INTERNAL ORGANISASI
Membahas tentang masalah
internal organisasi atau perusahaan, maka karyawan atau orang-orang yang
menjadi subyek utama dalam menjalankannya kegiatan internalnya. Secara esensial
hubungan antara dua orang atau lebih dengan memiliki kepentingan bersama dapat
disebut sebagai organisasi, dalam suatu perusahaan dapat dipastikan bahwa
kepentingan bersama tertuang dalam visi serta misi dari perusahaan tersebut,
tentu dalam perusahaan terdapat adanya sebuah multikultural yang terjadi dalam
internal perusahaan tersebut.
Hubungan manusiawi dalam konteks dunia kerja perlu
mendapatkan fokus yang utama, sebab merujuk pada setiap perbaikan dalam
prestasi kerja yang jelas akan berpengaruh pada produktivitas. Secara tidak
langsung kita berbicara tentang mutu dari kehidupan kerja (Quality of
work life), bagaimana lingkungan kerja dapat memenuhi kebutuhan
karyawan serta mengadopsi nilai-nilai kerja karyawan sehingga dapat membentuk
suatu kesatuan yang utuh dalam mencapai tujuan bersama serta bagaimana
interaksi social yang terjadi pada internal organisasi dikala sebuah keadaan
multicultural yang selalu ada dan terjadi disekitar.
Tidak dapat dipungkiri adanya suatu interaksi
kebutuhan dalam suatu perusahaan antara kebutuhan dari perusahaan itu sendiri
dengan kebutuhan karyawannya. Setiap karyawan memiliki kebutuhan pribadi yang
secara tidak langsung masuk dalam kehidupan kerjanya (kebutuhan materi, sosial
dan psikologis). Hal tersebut sangat mempengaruhi motivasi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya, dari sinilah dapat dipahami perilaku-perilaku
manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan harmonis, untuk
menyelaraskan ide memerlukan word-of-mouth (WOM)
communications, individuals sharing information with other
individuals, seperti yang dijelaskan oleh Hawkins, dkk (1998:238)
bahwa kekuatan yang besar dan mampu berperan penting dalam pengambilan keputusan
dan kesuksesan menjalankan usaha dengan menekankan kedekatan personal dan
pemahaman karakter budaya secara individu.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang
menghasilkan transmisi informasi dan pengertian antar individu (baik secara
verbal maupun non-verbal). Dalam komunikasi unsur terpentingnya adalah bahasa
(verbal) dan hal tersebut merupakan suatu medium khas-budaya. Selain
berkomunikasi melalui bahasa, kita juga berkomunikasi dengan cara non-verbal
seperti : bahasa tubuh, lambang non-verbal, perasaan, dsb. Komunikasi secara
efektif dalam suatu perusahaan sangat diperlukan, yang untuk mencapainya perlu
diperhatikan faktor-faktor penghambatnya. Seperti salah satu unsur terpenting
adalah persepsi yang berbeda. Tidak setiap orang dapat atau mampu menerima
pesan bahkan menafsirkannya sama seperti yang dimaksudkan. Melalui komunikasi
inilah kebutuhan individu untuk berafiliasi dengan orang lain dan rekan sejawat
dapat terpenuhi. Keadaan multicultural yang ada bukan menjadi penghambat dalam sebuah
internal perusahaan, tentu harus menjadi sebuah hal yang pembeda dalam internal
perusahaan itu sendiri, dalam artian begini, sebuah multicultural itu bisa
dijadikan hal positif untuk memajukan perusahaan melalui kualitas dan karakter
SDM yang berbeda-beda, akan dapat menghasilkan sebuah hal yang positif pula
jika mampu memanfaatkannya.
Dalam
era globalisasi sekarang ini, tentu terjadi perubahan dalam tubuh organisasi
yang sangat terasa akibatnya, misalnya di tempat kerja. Ada perubahan komposisi
demografik dari para pekerja. Data di Amerika Serikat saat ini menunjukkan
bahwa pekerja kulit putih semakin menurun jumlahnya, dan 35% pekerja yang ada
di Amerika saat ini berasal dari benua Asia, Afrika dan Amerika Latin, yang
berbeda budayanya. Secara kasat mata, kondisi yang sama terjadi juga di
Indonesia, walau yang pekerja Indonesia masih dominan, namun banyak kita lihat
pekerja asing atau klien perusahaan dari negara Jepang, Korea, India, Cina, dan
kulit putih dari Australia, Eropa maupun Amerika yang bekerja di Indonesia,
baik di kota-kota besar atau di proyek-proyek di pelosok Indonesia. Mereka ada
yang bisa berbahasa Indonesia walau terbata-bata, namun kebanyakan perlu
belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan budaya kerja, dan adat istiadat
setempat. Apa yang ‘biasa’ bagi kita dan kita anggap sebagai sesuatu yang
‘normal’ atau ‘wajar’, belum tentu juga berlaku demikian bagi mereka. Ini
sungguh sesuatu yang tidak mudah. Era globalisasi memang menyebabkan organisasi
tidak hanya beroperasi di satu tempat, namun bisa beroperasi dimana saja di
seluruh dunia. Bahan baku maupun produk yang dihasilkan pun berasal dari mana
saja dan didistribusikan kemana saja di seluruh penjuru dunia. Konsekuensinya
kita bisa bekerja dan berhubungan dengan siapa saja. Pekerjaan tidak hanya
berada di negara kita sendiri, namun juga di luar negeri.
Tempat
kerja adalah sebuah organisasi dimana terjadi pertemuan budaya. Relasi kerja
ditandai dengan bertemunya individu yang berbeda bangsa (budaya) dalam kelompok
kerja untuk mencapai target bersama. Tantangan ini tidak mudah. Bekerjasama
dengan orang yang berbeda budaya bukan hal yang gampang, bahkan juga bagi orang
Indonesia yang sebetulnya memiliki akar multikultural. Kondisi ini menuntut
kemampuan 3C atau Cross-cultural
competence atau Intercultural competence, yaitu segenap kemampuan yang
menyebabkan individu dapat beradaptasi secara efektif dalam lingkungan
interkultural. Hal ini karena banyak bentuk budaya yang sifatnya ‘tersembunyi’.
Seseorang yang Interculturally Competence
dapat menangkap dan memahami budaya lain, dapat berkomunikasi dan berinteraksi
dengan budaya lain karena ia bisa memahami konsep spesifik bagaimana individu
dalam budaya lain itu berfikir, merasakan, dan memilih tindakan yang
diambilnya. Dalam dunia yang semakin mengglobal ini, kita perlu meningkatkan
kecerdasan kultural atau cultural intelligence yang kita miliki dan menjadi
individu yang interculturally competent, tentu akan sangat bermanfaat apabila
dapat berguna dilingkungan sekitar kita baik dalam lingkup eksternal ataupum
internal perusahaan.
Hambatan komunikasi
Di
dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus
Panton (1992,p.10-11), ada hambatan-hambatan yang menyebabkankomunikasi tidak
efektif yaitu adalah :
1. Status effect
Adanya
perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor
semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi
seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab
kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan
demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual
distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada
diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan
yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan
sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang
berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap
suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak
boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan
berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan
ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan
atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah
gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone
yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada
pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak
dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang
sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan
tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang
ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan
tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan
gagasan seorang manajer.
RESUME V
BUDAYA PERUSAHAAN DALAM
KOMUNIKASI INTERNAL
Budaya
organisasi yang berkembang sangat mempengaruhi kinerja kerja karyawan perusahaan
dan tentunya hal ini kan berpengaruh pada proses pencapaian tujuan oleh
perusahaan. Budaya organisasi perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya bisa saja berbeda karena budaya perusahaan dipengaruhi oleh
lingkungannya. Budaya organisasi merupakan pola kepercayaan dan harapan yang
dianut oleh anggota organisasi yang memiliki nilai-nilai yang mengikat individu
anggota organisasi. Jadi, budaya organisasi mengandung nilai, norma, aturan,
dan tata cara berperilaku yang menjadi identitas individu anggota organisasi
untuk mengerjakan tugasnya.
Berikut ini merupakan isi budaya
organisasi:
1.
Artefak. Artefak merupakan budaya organisasi yang dapat
ditangkap oleh panca indera, seperti logo, bangunan, mesin, jargon,
terminologi, bendera, dan lain-lain.
2.
Norma. Norma adalah peraturan perilaku yang membatasi manusia
dalam bertindak. Contohnya norma agama, etika, estetika, dan lain-lain.
3.
Nilai-nilai. Nilai merupakan pedoman untuk bersikap, seperti
nilai kejujuran, integritas, loyalitas.
4.
Kepercayaan. Kepercayaan merupakan apa yang dianggap benar oleh
perusahaan. Kepercayaan akan mempengaruhi misi organisasi.
5.
Asumsi. Asumsi merupakan dugaan yang dianggap benar dan diterima
sebagai dasar untuk berpikir dan bertindak, misalnya persepsi.
6.
Filsafat organisasi. Filsafat organisasi adalah sudut pandang
organisasi tentang esensi sesuatu, seperti sudut pandang perusahaan mengenai
karyawan, lingkungan, dan publik eksternalnya.
7.
Etos kerja. Etos kerja adalah konsep yang mempengaruhi individu
untuk bisa bekerja dengan menggunakan kemampuannya sampai batas maksimal.
8.
Kode etik. Kode etik adalah standar tertentu yang menjadi batas
buat anggota organisasi dalam bekerja.
9.
Bahasa dan metafora. Segala nilai, norma, adat, artefak yang ada
di organisasi akan dibuat dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang memakai
padanan bahasa.
10.
Cerita atau mite. Cerita atau mite adalahnarasi yang
menceritakan kronologis sejarah perkembangan organisasi.
11.
Seremoni, ritual, dan upacara. Seremoni merupakan perayaan
budaya dengan tujuan untuk memperkuat nilai budaya. Ritual dan upacara
merupakan aktivitas yang menjadi bentuk ekspresi budaya ke dalam kegiatan
organisasi.
12.
Simbol. Simbol adalah kata, objek yang bermakna signifikan.
13.
Sejarah. Sejarah akan membentuk nilai, norma, dan kebiasaan
dalam budaya organisasi.
14.
Pahlawan. Pahlawan merupakan pemimpin, pendiri yang berjasa
terhadap organisasi.
Seorang Public Relations
Officers perlu untuk mengetahui budaya perusahaan agar dapat menjaga
konsistensi kinerja perusahaan. Budaya perusahaan jasa akan berbeda penerapannya
dengan budaya perusahaan produksi barang, sesuai dengan apa yang menjadi
kebiasaan dan kebutuhan perusahaan tersebut. PRO harus bisa menjadi teladan
yang baik dalam memelihara dan menjaga budaya perusahaan yang berkembang dalam
perusahaannya.
RESUME VI
KIAT BERKOMUNIKASI DALAM INTERNAL ORGANISASI (HRD)
Komunikasi yang baik dalam oganisasi dilakukan secara 2 arah.
Suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Dua arah menunjukkan bahwa setiap karyawan
memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan
kerja. Hal seperti ini memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Human Relations Development berkaitan dengan bagaimana manusia
menjalin hubungan, jenis hubungan, serta tujuan dari hubungan itu sendiri. Bila
dikaitkan dengan organisasi, maka lingkupnya adalah hubungan antara karyawan
dimana berdampak langsung terhadap kinerja perusahaan.
1.
Hak asasi manusia : hubungan manusia terkait
dengan haknya dalam organisasi yang harus dihormati.
2.
Pasar global : dalam globalisasi, kemampuan
berhubungan dengan orang lain sangat dibutuhkan.
3.
Penekanan pada kelompok kerja: interaksi antar
kelompok penting dikarenakan berdampak pada kinerja dan hasil kerja kelompok.
4.
Peningkatan keragaman di tempat kerja:
perbedaan ditempat kerja adalah hal yang lumrah, karyawan dituntut untuk isa
berhubungan dengan orang lain dengan cara menghormati perbedaan tersebut.
Human Relations dan Anda
Keterampilan hubungan antar manusia dapat membantu kinerja kita
karena kita merasakan suatu kenyamanan, rasa senang, sehingga membuat kita
lebih produktif.
Human Relations Sebagai Ilmu Pengetahuan
Human relations sebagai birokrasi adalah tentang peraturan yang
diatur agar bisa mengontrol pola hubungan manusia. Dengan adanya birokrasi,
hubungan antar manusia menjadi lebih efektis dan sesuai dengan etika yang ada (
tidak bebas seenaknya sendiri).
Human Relations dan Manajemen
Manajemen yang baik mengerti bahwa kebutuhan karyawan bukan soal
upah saja, melainkan dimana bisa bekerja secara nyaman, dan dapat menjalin
hubungan yang baik terhadap lingkunganya agar kinerja nya dapat terus
meningkat.
RESUME BAB VII
INTERNAL BRANDING
Internal branding adalah kegiatan
komunikasi perusahaan yang berorientasi internal. Yang
mana Brand memiliki arti yaitu suatu
proses yang dikendalikan , proposisi jangka panjang . Tidak deliverable. Internal branding mengikuti proses berurutan
; di mana karyawan mencapai kesuksesan merek dalam negeri. Ada perbedaan antara
berkomunikasi pesan , mendapatkan itu dipahami , dan mengubah perilaku . Anda
harus memiliki partisipasi kepemimpinan senior dan keterlibatan seluruh proses
internal branding . Anda tidak dapat mendelegasikan ini atau membiarkan manajer
mengendarainya. Mulailah dengan visi
perusahaan yang jelas dan tujuan . Jika Anda tidak memiliki satu , bekerja
dengan tim senior untuk mendirikan satu dan berkomunikasi di seluruh perusahaan
dengan baik kata-kata dan tindakan.
Tetapkan tujuan yang jelas dan peran yang terdefinisi di awal, dan
kembali mereka selama proses berlangsung .
Pertimbangkan menugaskan orang yang berdedikasi untuk komunikasi
perubahan internal dan internal branding . Biarkan mereka menciptakan rasa
urgensi sehingga staf tidak melihat alternatif untuk berubah. Melakukan audit pemahaman perusahaan dari
tujuan dan strategi bisnis sehingga Anda dapat mengatasi daerah-daerah di mana
orang tidak " mendapatkannya. "
merek internal , dilakukan dengan baik , memungkinkan karyawan untuk
transisi dari menjadi " Informed , " untuk " Memahami "
informasi , untuk menjadi " Committed " , sehingga mereka "
Mengubah Perilaku mereka ' dalam mendukung tujuan perusahaan . Akibatnya mereka
harus " Menerima Pengakuan & Hadiah " dan penguatan positif untuk
mengubah perilaku mereka . Mengenali
pentingnya pelanggan dan semua poin mereka dari kontak dengan perusahaan Anda :
call dan pusat-pusat pelayanan , asosiasi penjualan , laporan / faktur , iklan
dan banyak lagi . Sejajarkan merek Anda
eksternal & internal . Biarkan dalam Anda menjadi seperti luar Anda : apa
yang Anda katakan eksternal harus menjadi hal yang sama yang Anda katakan /
lakukan secara internal . Pergi untuk partisipasi , konsensus dan dialog
karyawan . Ini bekerja lebih baik daripada fatwa dan kebijakan yang melakukan
perjalanan ke hirarki . Memiliki " Karyawan Brand Ambassador " sangat
penting - melibatkan penampang karyawan dari semua tingkatan , yang akan
mempromosikan merek secara internal melalui komunikasi pengalaman . Mendapatkan
metrik dan langkah-langkah sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan program .
Penelitian karyawan Anda secara teratur dan melacak kemajuan mereka dari waktu
ke waktu . Keras, Simple , Easy - Bekerja keras untuk membuat konsep-konsep
yang kompleks dan ide-ide yang sederhana , sehingga mereka mengerti dan
dikomunikasikan dengan mudah . Mencari bantuan dari luar dari para ahli dan
konsultan di lapangan - ini adalah kerja keras , tetapi dengan bantuan dalam
metodologi dan proses , hal itu dapat dilakukan secara efektif .
Ada Tiga cara agar internal
branding sukses:
- sinkronisasi antara brand
personality, tata nilai, dan budaya perusahaan
à Jangan sampai antara janji yang diberikan ke
khalayak luas dan kondisi internal perusahaan tidak klop
- menjadikan karyawan sebagai tulang punggung dalam menghidupkan brand à Mulai dari tahap perekrutan karyawan baru, yang dilanjutkan dengan membangkitkan antusiasme dan gairah karyawan sehingga
merek menjadi komitmen mereka. Cara membangkitkan yang paling efektif
adalah melibatkan mereka dalam
prosesnya. sehingga karyawan memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap esensi dari merek. Pemahaman esensi ini mulai dari nilai-nilai yang terkandung dalam setiap atribut identitas merek sampai brand promise.
- Internalisasi dengan mengoptimalkan komunikasi
internal secara konsisten untuk menjelaskan tata nilai dan perilaku yang
sesuai dengan brand promise. Kesuksesan internalisasi ini ditandai
dengan merasuknya tata nilai dan
perilaku ini dalam keseharian karyawan. pengakuan dan
penghargaan akan meneguhkan komitmen karyawan sebagai brand ambassador.
Bentuk-bentuk Media Internal yang digunakan adalah :
1. Manual Handbook tujuan pembuatannya:
- Menggambarkan kebijakan dan struktur PR
organisasi/perusahaan
- Memaparkan hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan oleh manajer dan kapan mereka harus memeriksanya
- Menyediakan ide dan nasihat bagi para manajer
dalam program-program PR mereka sendiri
- Memberi rincian kontak bagi tim PR dalam
mengakses bantuan
- Sebagai mekanisme kontrol yang menyatakan
dengan jelas wilayah-wilayah kerja dimana aktivitas PR perlu dijelaskan ke
pusat
- Sebagai standar-standar kualitas bagaimana cara
pelaksanaan pekerjaan PR diimplementasikan di seluruh organisisasi atau
perusahaan
Pengguna Manual Handbook:
- Anggota
dewan pimpinan manajemen
- Kepala
fungsi atau departemen
- Seluruh
manajer umum
- Para
manajer paling senior pada setiap lokasi di mana aktivitas PR sedang
dijalankan
2. News Clipping (Guntingan Berita) à berupa
informasi yang di publikasikan beberapa media massa dan Internet mengenai semua informasi perusahaan
Leaflet à Leaflet merupakan salah satu media
komunikasi yang digunakan perusahaan dalam menjalin hubungan baik dengan internal relations-nya. Sering
dicetak dalam selembar kertas. Leaflet
atau surat selebaran adalah format yang murah dan dapat dipersiapkan dalam
waktu cepat.
3. Surat (Memo
Internal)
Surat tradisional masih tetap menjadi tulang punggung media
komunikasi internal perusahaan. Surat dianggap lebih formal, langsung, personal
dan akan mendapat perhatian yang lebih dari
si penerima.
4.Telepon Internal Bebas Pulsa (Extention Telephone Number) à salah
satu media komunikasi yang dipakai karyawan tanpa menyebutkan identitasnya
untuk memberikan informasi atau laporan internal perusahaan. Mis : manajer
umum dan perlengakapan
5. Rapat dan Telekonferensi à Hal-hal
yang harus dipersiapkan oleh seorang public relations sebelum rapat
dimulai adalah :
- Agenda rapat.
- Pemimpin rapat.
- Jumlah peserta rapat.
- Moderator
- Notulen
- Ruangan rapat.
- Alat perlengkapan rapat.
- Konsumsi.
6. Newsletter à bentuk
paling umum dari publikasi periodik. Kebanyakan perusahaan mengandalkan newsletter untuk mengkomunikasikan
berita secara tepat waktu dan sesuai sasaran. Diharapkan dengan adanya
pengkomunikasian informasi, kebijakan maupun kegiatan melalui newsletter yang dibagikan kepada
seluruh divisi ini dapat dipahami dan
dimengerti oleh seluruh karyawan sehingga karyawan mengetahui semua
informasi maupun kebijakan-kebijakan terbaru.
7. Papan Pengumuman à Untuk
memastikan kredibilitas dan keterbacaannya, majalah dinding harus direncanakan
secara hati-hati dan tetap terjaga agar tetap memuat informasi terbaru.
8.Poster à Paling
cocok digunakan untuk memberi penekanan
pada sebuah ide serta menyediakan pesan yang dapat dipahami secara cepat.
Poster diletakkan di tempat yang banyak dilewati keramaian sehingga mudah dilihat oleh para karyawan.
9. Kotak Saran à Setiap
pegawai yang memiliki ide-ide cemerlang, keluhan, atau bahkan kecaman pedas
terhadap atasan atau perusahaan dipersilahkan menyampaikannya melalui
kotak-kotak saran tersebut. Kotak saran tersebut secara berkala akan diambil
dan semua ide, keluhan dan kritik akan dikaji untuk ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya
kebijakan dari pihak manajemen.
10. Rak informasi à harus
memberikan informasi yang tidak dapat
ditangani dalam pesan pendek. Rak informsi sangat baik ditempatkan di lokasi tempat para karyawan dapat memperhatikan bahan-bahan
yang ditaruh di sana dengan suasana agak santai, seperti di lobby depan kantor.
Pola Aliran Informasi
- Pola
Roda à Mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral
- Pola
Lingkaran à Memungkinkan semua anggota berkomunikasi
satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan
Arah Aliran Komunikasi:
- Arah
aliran informasi menunjukkan bagaimana
anggota organisasi melakukan
interaksi dan berkomunikasi
- Arah
aliran informasi dalam organisasi terdiri dari: Komunikasi ke bawah, ke atas, horisontal, dan komunikasi lintas saluran
Hambatan Komunikasi dalam Internal Branding Corporate :
- Penyaringan à dipengaruhi rasa takut yang disebabklan pesan yang disampaikan adalah berita buruk.
- Persepsi selektif à Kita menerjemahkan sandi dari suatu pesan, penerima menyesuaikannya dengan harapan
mereka sendiri ke dalam komunikasi.
- Kelebihan informasi à Jika terjadi kelebihan informasi maka seseorang
cenderung membuang,
mengabaikan, mengalihkan atau bahkan melupakan informasi tersebut.
- Emosi à Pesan
akan berubah makna jika pada saat
kondisi emosi penerima tidak baik. Pada saat keadaan emosi sedang
marah atau bingung, pesan yang diterima akan berbeda maknanya.
- Bahasa à seseorang tidak menyadari bahwa bahasa yang telah dimodifikasi tersebut
digunakan pada kelompok lain yang tidak menganggap bahasa tersebut sama
dengan apa yang mereka maksudkan.
- Kesulitan komunikasi à karena menderita kegelisahan yang dapat melemahkan mereka dalam berkomunikasi
yang efektif. Penderitanya biasanya merasakan ketegangan dan kegelisahan yang tidak semestinya
dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis ataupun keduanya.
Monday, March 24, 2014
PT. Pertamina EP merupakan anak
perusahaan PT. Pertamina, yang menyelenggarakan kegiatan usaha bidang minyak
dan gas bumi di sektor hulu, meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Karena
minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang terbatas jumlahnya dan
harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam menggunakannya dengan bijak,
PT. Pertamina EP berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjanya, yang di
kantor maupun yang ada di lapangan.
Dalam menyeleksi karyawan, PT.
Pertamina EP sangat ketat dan akurat melaksanakannya. Karyawan telah diseleksi
kemampuannya bahkan sejak awal mula mereka mendaftar. Setelah diterima untuk
bekerjapun, PT. Pertamina EP secara terus-menerus meningkatkan kualitas
karyawannya sehingga menjadi karyawan yang tangguh, memiliki keunggulan
kompetitif berkesinambungan, berjiwa wirausaha, profesional, dan bermoral
tinggi. Pengembangan sumberdaya manusia di PT. Pertamina EP dititikberatkan
pada peningkatan personal quality dan
empowerment, dengan memakai standar World Class People, melalui program
Talent Management dan Succesion Planning.
PT. Pertamina EP berusaha
menerapkan standarisasi HSE (Health, Safety, and the Environment) karena dengan
menerapkan HSE, PT. Pertamina EP dapat menjaga harmoni dan lingkungan hidupnya.
Kelalaian dan kesalahan dalam pengendalian operasi dapat menimbulkan insiden,
penyakit akibat pekerjaan, pencemaran lingkungan, dan gangguan kelangsungan
operasi perusahaan. Penerapan HSE diharapkan dapat menciptakan suasana
lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan dinamis sehingga karyawan merasa betah
untuk bekerja.
Sistem HSE dilakukan dalam
berbagai bidang, seperti: penggunaan teknologi tinggi untuk pengeboran, layanan
kesehatan untuk karyawan beserta keluarganya oleh PT. Pertamina EP, melakukan
pelatihan P3K tingkat mahir, melakukan simulasi tanggap darurat medis, dan
Workshop Kesehatan Kerja. Di sektor keamanan dan kesehatan, PT. Pertamina EP
terlihat sangat memperhatikan karyawannya, dilihat dari sisi di mana PT.
Pertamina EP secara aktif dan konsisten mengerjakan berbagai program K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Selain dalam bidang K3, PT.
Pertamina EP juga memelihara budaya komunikasi organisasi yang sehat.
Koordinasi merupakan aktivitas penting yang perlu penekanan dan pembobotan yang
sama pentingnya dengan siklus kinerja kerja yang lain. Terdapat lima perintah
harian yang harus dijalankan oleh seluruh karyawan PT. Pertamina EP dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Lima perintah harian itu antara lain:
1.
Setiap
level organisasi harus mengoptimalkan wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang
diberikan. Analisis: tiap tingkat atau level dalam organisasi PT. Pertamina
EP yang kompleks mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab sendiri-sendiri.
Tiap pribadi karyawan dituntut untuk bekerja profesional sesuai dengan
wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang diembannya. Terdapat pembedaan secara hierarki
antara atasan dan bawahan, sesuai dengan wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya
masing-masing.
2.
Pejabat
sementara mempunyai kewenangan yang sama dengan pejabat definitif kecuali
terkait organisasi dan mutasi. Analisis: pekerja sementara ataupun tetap
dalam bidang yang sama mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang sama
dalam hal operasional, tetapi berbeda wewenang dalam hal organisasi dan mutasi.
Hal ini dibuat untuk membedakan hak antara pekerja sementara (mutasi) dengan
pekerja tetap. Juga sebagai salah satu kebijakan agar tidak terjadi kecemburuan
sosial. Contoh dalam bidang organisasi dan mutasi: kenaikan pangkat dan
permintaan mutasi ke daerah-daerah tertentu.
3.
Bawahan
tidak boleh mengembalikan wewenang pada atasannya untuk perlindungan diri. Analisis:
Bawahan walaupun pihak yang lemah kekuasaannya, bukan berarti bisa seenaknya
menyalahkan atasan. Seperti yang telah dikatakan pada butir satu, setiap level
punya wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan. Artinya harus ada
koordinasi yang baik antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Karyawan
bertanggung jawab dengan wewenang yang diberikan oleh atasan dan tidak boleh
menyerang atasan dengan mengembalikan wewenang yang diberikan dengan alasan
perlindungan diri. Misalnya: pelaksanaan tender
yang overbudget karena biaya
operasional yang membengkak. Bawahan tidak boleh serta-merta menyerahkan
kesalahan kepada atasannya dengan alasan kesalahan budgeting.
4.
Setiap
bawahan harus memberikan masukan yang lengkap sesuai dengan job description jika
keputusan yang diambil oleh atasan berdasarkan masukan yang tidak lengkap, maka
bawahan ikut menanggung resiko. Analisis: baik atasan maupun bawahan sama-sama
mempunyai tanggung jawab. PT. Pertamina EP berusaha memberikan pengertian
kepada karyawannya untuk bisa bertanggung jawab dengan hak dan kewajibannya
masing-masing dan bekerja secara profesional. Bukan hanya dalam pelaksanaan di
lapangan, pentingnya efektifitas komunikasi dalam kasus ini sangat ditekankan.
Jika bawahan tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh atasan, baik bawahan dan atasan harus ikut
menanggung resikonya. Kesalahan anggota tim adalah kesalahan tim. Kerjasama dan
koordinasi dalam tim sangat dijunjung tinggi.
5.
Setiap
anggota dalam suatu tim harus bertanggung jawab kepada team leader dan tidak
memperhatikan level/jabatan dalam eksisting organisasi. Analisis: Walaupun
bersifat hirarkikal, wewenang khusus dalam kasus atau lebih tepatnya proyek
khusus berlaku. Meskipun seseorang adalah bawahan, jika ia menjadi team leader dalam
suatu tender, maka atasan ikut dalam tender tersebut harus menghargai dan patuh
pada sang team leader yang merupakan bawahannya
Jika
ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan sendiri, maka persoalan tersebut
dikemukakan kepada rekan, atasan, atau bawahan untuk didiskusikan dan dicari
penyelesaiannya. Selanjutnya, persoalan tersebut akan didokumentasikan dengan
tujuan agar suatu saat ada masalah seputar penyelesaian atau persoalan
tersebut, ada dokumentasi yang telah direkam dengan baik dan dapat
dijustifikasi.
Dari beberapa contoh di atas,
dapat disimpulkan bahwa PT. Pertamina EP secara aktif menjaga dan meningkatkan
kualitas karyawannya, bukan hanya dalam aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) saja melainkan juga dalam hal budaya komunikasi organisasi. Meskipun
hierarki PT. Pertamina EP sangat kompleks, komunikasi antarlevel dan sesama level
tidak kaku karena sistem dan alur komunikasi yang kaku dapat menghambat
penyebaran informasi dalam organisasi PT. Pertamina EP. Dilihat dari kebutuhan
akan kerjasama tim yang tinggi, hubungan antarkaryawan dapat dikatakan
long-term relationship. Karyawan diminta untuk dapat menyelesaikan masalahnya
dengan karyawan lain (seputar operasional perusahaan). Akan tetapi jika hal
tersebut tidak dapat dilakukan, maka persoalan tersebut akan ditangani secara
organisasional dan direkam dan direkap untuk kebutuhan masa mendatang.
PT.
Pertamina EP juga menekankan keseimbangan hak dan kewajiban antarkaryawan dan
karyawan-perusahaan sehingga tidak terjadi ketimpangan yang dapat menyebabkan
perpecahan dalam internal yang berujung pada terganggunya siklus organisasi
dalam mencapai tujuannya.
PT Fortune Indonesia Tbk
Industri komunikasi secara umum di
Indonesia, khususnya industri periklanan, telah banyak mengalami suka duka.
Banyak perusahaan yang tumbang dan tak pernah terdengar lagi. Fortune telah
menikmati 41 tahun kesuksesan di industri ini, lulus dari berbagai ujian yang
menerpa perekonomian Indonesia.
Salah satu faktor yang berkontribusi
besar dalam kesuksesan PT Fortune Indonesia Tbk bertahan dalam kurun waktu
empat dasawarsa ini adalah budaya kekeluargaan. Di Fortune semua orang adalah
anggota keluarga, semua orang harus dihormati, dan disyukuri keberadaannya
sebagai kontributor kemajuan perusahaan.
Pak
Indra Abidin sebagai pimpinan perusahaan membangun budaya ini sejak awal,
mengingat waktu yang dilalui di kantor lebih lama daripada waktu yang dilalui
di rumah. Kalau kantor tidak dianggap sebagai keluarga, bagaimana caranya agar
warga dapat merasa betah, bahagia dan menemukan dunianya di Fortune. Pak Indra
mengajarkan warganya untuk selalu menjaga sapaan yang penuh hormat kepada semua
orang, dari pimpinan sampai office boy dan satpam. Kesantunan
adalah hal yang diwajibkan. Setiap warga harus dipanggil dengan sebutan
"Ibu" dan "Bapak" – menunjukkan penghargaan dan
penghormatan. Budaya inilah yang dianggap sebagai implementasi budaya Timur di
tengah tuntutan kompetisi global. Dengan budaya ini Pak Indra Abidin menetapkan
"positioning" PT Fortune Indonesia Tbk sebagai perusahaan lokal,
paling faham budaya Indonesia, dan berkualitas internasional. Komunikasi sarat
dengan unsur budaya. Maka kemampuan memahami budaya Indonesia menjadi aspek
yang sangat penting dalam menciptakan diferensiasi Fortune dalam industri
komunikasi yang didominasi pemain multinasional.
Dalam
membangun budaya kekeluargaan ini komunikasi internal sangat penting. Menurut
riset perusahaan-perusahaan yang menerapkan komunikasi internal yang baik akan
menikmati kesuksesan yang berkelanjutan (sustainable). Hal ini dapat
dimengerti mengingat perusahaan digerakkan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
sosial yang memiliki hati dan rasa, bukan mesin yang hanya butuh oli dan maintenance teknis.
Bahkan perusahaan-perusahaan yang padat modal pun mengandalkan manusia untuk
menjalankan mesin-mesin, dan menciptakan inovasi-inovasi mesin terbaru.
Manfaat komunikasi
internal di PT Fortune Indonesia
Tbk
1.
Komunikasi internal membangun pemahaman,
kebanggaan, keterlibatan dan internalisasi visi, missi serta nilai-nilai
perusahaan. Internalisasi tersebut menciptakan aplikasi nilai-nilai dalam
keseharian kegiatan usaha, dan membangun budaya perusahaan yang dibutuhkan
untuk dapat mencapai visi missi perusahaan. Warga yang faham akan perilaku yang
diharapkan perusahaan dalam pembangunan budaya usaha akan mudah menciptakan
"allignment" antara nilai yang dianutnya dengan nilai perusahaan.
Budaya inilah yang dibutuhkan untuk membangun "brand" perusahaan, di
mana semua pihak mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang seragam, sesuai
standard yang telah ditetapkan. Kepuasan konsumen dan kualitas layanan
dihasilkan dari internalisasi yang berkelanjutan dari nilai-nilai tersebut.
2.
Komunikasi internal menciptakan dukungan
terhadap kebijakan manajemen dan upaya-upaya transformasi usaha dalam menjawab
tantangan pasar. Perubahan tak pernah enak dan seringkali mengganggu
"status quo". Tanpa dukungan dari seluruh warga, mustahil
transformasi dapat berjalan efektif. Padahal perusahaan yang menang di kemudian
hari adalah perusahaan yang mampu beradaptasi dan melakukan transformasi
secepat atau lebih cepat dari transformasi pasar. Perlu terjadi diskusi,
keterlibatan dan motivasi untuk menciptakan kebanggaan dan dukungan penuh
terhadap kebijakan-kebijakan tersebut.
3.
Komunikasi internal membuat warga mengerti apa
yang dilakukan oleh bagian-bagian lainnya, menciptakan perasaan satu kesatuan
dalam sebuah keluarga besar yang bekerja untuk satu impian. Hal ini membangun
kebanggaan, rasa kedekatan dan semangat untuk berkontribusi terhadap cita-cita
bersama. Berbagai perbedaan dan konflik akan dapat diselesaikan dengan adanya
pandangan terhadap cita-cita bersama tersebut. Komunikasi internal membuat
warga merasa penting, dihargai, dan dihormati. Apresiasi terhadap prestasi
warga di muka umum akan memberi motivasi dan inspirasi untuk berlomba-lomba
meraih prestasi.
4.
Warga yang termotivasi, bangga dan menjadi
bagian dari transformasi usaha akan menjadi duta dari perusahaan (corporate
ambassador) secara sukarela. Dilengkapi dengan panduan komunikasi, seluruh
warga akan menjadi komunikator dan promotor perusahaan di manapun mereka
berada. Dengan adanya social media, seluruh warga perlu
diberdayakan agar dapat secara efektif menjadi PR perusahaan di
komunitas-komunitas online dan offline di mana mereka berada. Hal ini tentu
akan membangun reputasi dan citra positif perusahaan, dan pada akhirnya efektif
membangun ekuitas brand perusahaan.
5.
Komunikasi internal juga menjadi salah satu
syarat implementasi strategi usaha. Seringkali strategi usaha yang sempurna,
tak bercelah, tak dapat diimplementasikan karena tidak dikomunikasikan dengan
baik pada para implementor strategi tersebut.
Jenis-jenis komunikasi
internal PT Fortune Indonesia
Tbk
Dalam hal ini perlu dilihat dua jenis
komunikasi yaitu komunikasi perusahaan terhadap seluruh warganya, yang
dilakukan oleh divisi Human Capital Development bekeja sama
dengan divisi Komunikasi Korporat, serta komunikasi kepemimpinan dari setiap
pemimpin.
Komunikasi internal perusahaan dapat
dilaksanakan dengan beberapa cara:
· Mekanisme umpan balik, termasuk riset dan
monitoring secara berkala, untuk mengetahui aspirasi, persepsi, ekspektasi dan
harapan warga perlu menjadi dasar dari segala kegiatan komunikasi internal.
Riset ini dapat berupa Internal Communications Audit dan Employee Engagement
Survey. Monitoring dapat berupa monitoring melalui media sosial, pertemuan
reguler, kotak opini dan hotline service internal. Berbagai kegiatan komunikasi
internal perlu diukur keberhasilannya di akhir periode dengan menggunakan
mekanisme ini, sehingga perusahaan dapat menilai kegiatan apa yang efektif dan
layak diberikan alokasi bujet, serta yang tidak efektif.
· Kick off awal tahun: membangun
"excitement" terhadap target, cita-cita perusahaan pada tahun yang
akan berjalan. Perlu diciptakan suasana motivasi tinggi. Seluruh pembicara
harus siap menjadi motivator. Kebanggaan dan kebersamaan team kecil pun perlu
dibangun selain pembangunan jaringan dan sinergi secara luas.
· Townhall meeting: pertemuan seluruh warga
untuk membahas mengenai kebijakan besar perusahaan, biasanya disampaikan
langsung oleh pemimpin perusahaan. Kegiatan ini harus dibuat menarik, tidak
membosankan dan secara efektif menyampaikan perkembangan yang signifikan dalam
perusahaan. Pimpinan-pimpinan senior harus menjadi contoh dengan menghadiri
acara ini dan memberikan motivasi pada seluruh warga yang dipimpinnya untuk
hadir. Setelah acara selesai, sampaikan kelanjutan dari acara tersebut, dan apa
yang diharapkan dari seluruh warga.
· E-newsletter, intranet, internal blog,
pengumuman perusahaan: secara berkala perusahaan perlu menyampaikan
berita-berita perkembangan usaha, visi missi dan nilai usaha dari berbagai sisi
pandang, dan penghargaan atas prestasi warga.
·
Kartu ucapan pribadi dari CEO/pimpinan usaha
untuk hari ulang tahun atau untuk menghargai prestasi khusus.
·
Breakfast meeting di mana CEO dapat
mendengarkan secara langsung masukan dari staf dari berbagai divisi.
·
Portal interaktif sebagai pusat informasi:
kebijakan perusahaan, perkembangan terkini, warga berprestasi, kemajuan
industri, persaingan, trend konsumen, penemuan-penemuan terkini, regulasi
pemerintah dan berbagai informasi penting lainnya yang dapat diakses kapan saja
oleh seluruh warga.
· CSR yang melibatkan warga: warga dapat
dilibatkan dari penciptaan ide, perencanaan, implementasi lapangan, monitor dan
evaluasi kegiatan CSR. Keterlibatan ini dapat membangun kebanggaan, perasaan
berharga dan dibutuhkan, serta menciptakan motivasi yang tinggi.
· Manual komunikasi: Kebijakan, tata cara dan
prosedur komunikasi korporat di mana warga dapat memahami kapan mereka dapat
berkomunikasi ke pihak luar dan kapan hal tersebut harus dilakukan oleh
pimpinan perusahaan atau pelaksana fungsi komunikasi korporat. Warga pun perlu
faham bagaimana caranya mereka dapat menjadi "duta usaha" secara
efektif melalui berbagai medium, online dan offline, apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan dalam berbagai forum. Pembangunan brand pribadi (personal
branding) setiap warga perlu diselaraskan dengan pembangunan brand perusahaan.
Manual ini juga berfungsi sebagai panduan bagi manajemen untuk mampu
berkomunikasi secara efektif, memberdayakan warganya dalam mencapai cita-cita
bersama.
Komunikasi
kepemimpinan PT Fortune Indonesia
Tbk
Selain komunikasi yang
dijalankan oleh perusahaan setiap pemimpin dalam perusahaan, baik pemipin
puncak maupun menengah perlu menjalankan komunikasi yang baik dengan setiap
warga yang dipimpinnya dan di luar divisinya. Dalam hal ini penerapkan
kebiasaan pemimpin efektif menjadi sangat penting:
· Bersikap proaktif, dilandasi pemikiran
positif. Setiap pemimpin tidak pernah boleh menyalahkan pimpinan di atasnya
atau memberikan alasan-alasan atas ketidak berhasilan. Setiap pemimpin harus
menjaga komunikasinya sebagai komunikasi pemenang, dan bukan komunikasi
pecundang. Bahasa yang digunakan harus benar-benar diperhatikan sebagai dasar
dari komunikasi kepemimpinan.
· Menetapkan tujuan dan menterjemahkannya secara
detail dan jelas agar seluruh anggota team terlibat didalamnya. Semua perbedaan
perlu dikonfrontasi dengan "cita-cita bersama" sebagai pemersatu.
· Menetapkan skala prioritas bagi team,
"batu besar" yang paling penting dalam mencapai tujuan. Penetapan
prioritas yang jelas akan memudahkan warganya untuk mengelola sumber daya yang
terbatas.
· Mendengar: the greatest leaders are the
greatest listeners. Dengan mendengarkan, memahami aspirasi, persepsi dan
harapan warga yang dipimpinnya setiap pemimpin akan mampu menemukan cara untuk
membangun motivasi dan memberdayakan seluruh warganya mencapai cita-cita
bersama
· Selalu berfikir win win: setiap kelompok
memiliki tantangan masing-masing, dan tak mudah membangun keselarasan
kepentingan seluruh pihak. Setiap pempimpin bertugas membangun komunikasi
konstruktif untuk menciptakan solusi win win bagi seluruh team.
·
Membangun sinergi: pemimpin efektif giat
membangun sinergi di dalam kelompok yang dipimpinnya. Dengan adanya diskusi
yang terbuka, memberikan kesempatan bagi seluruh warga menyampaikan pendapat,
berdebat, menciptakan ide-ide kreatif dan inovasi-inovasi yang dapat membawa
menuju cita-cita, pemimpin menciptakan kebersamaan yang konstruktif,
menghasilkan lebih besar daripada kalau setiap warga bekerja sendiri secara
terpisah. Dalam hal ini pemimpin harus meletakkan ego di tempat paling
belakang. Seringkali tidak penting menjadi "yang paling benar" kalau
hal tersebut dapat menciptakan keretakan hubungan atau melemahkan dukungan.
Sinegi membutuhkan kedekatan emosional, bukan hanya rasional.
·
Mengasah gergaji: setiap pemimpin perlu
sensitif dalam mengukur temperatur tim kerjanya, dan membangun stabilitas tim
kerjanya agar selalu "tajam". Pemimpin efektif mendorong semangat
warganya untuk mengasah gergajinya dengan selalu mengejar ilmu, berolah raga,
membangun jaringan secara luas dan lain-lain. Komunikasi berperan dalam
memotivasi warga untuk ingat bahwa kualitas hanya akan dapat dihasilkan oleh
warga yang "tajam", dan tidak "tumpul" alias sering sakit,
tak faham perkembangan dunia dan tak mau bergaul.
Pada akhirnya,
komunikasi internal yang baik membangun kebiasaan pemimpin-pemimpin yang
efektif. Dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan perlahan-lahan menjadi
"gaya hidup" dan "budaya" perusahaan, apabila secara
konsisten dan reguler dijalankan, diperbaharui dan dijaga
"kesegarannya".
Subscribe to:
Posts (Atom)
Powered by Blogger.